Pages

Kamis, 10 Juli 2014

KESEHATAN MENTAL : SELF DIRECTED CHANGES

Saya mengambil contoh kasus seorang resepsionis di sebuah Hotel

Contoh Kasus
Beberapa bulan yg lalu di meja pemesanan kamar hotel, saya melihat suatu
kejadian yg bagus sekali, bagaimana seseorang menghadapi orang yg penuh
emosi.

Saat itu pukul 17:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk mendaftar tamu-tamu
baru. Orang di depan saya memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja
dengan nada memerintah.

Pegawai tsb berkata, "Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar 'single' untuk Anda."
"Single," bentak orang itu, "Saya memesan double."
Pegawai tsb berkata dg sopan, "Coba saya periksa sebentar."
Ia menarik permintaan pesanan tamu dari arsip dan berkata, "Maaf, Tuan.
Telegram Anda menyebutkan single. Saya akan senang sekali menempatkan Anda
di kamar double, kalau memang ada. Tetapi semua kamar double sudah penuh."
Tamu yg berang itu berkata, "Saya tidak peduli apa bunyi kertas itu, saya
mau kamar double."
Kemudian ia mulai bersikap "anda-tau-siapa-saya," diikuti
dengan "Saya akan usahakan agar Anda dipecat. Anda lihat nanti. Saya
akan buat Anda dipecat."
Di bawah serangan gencar, pegawai muda tsb menyela, "Tuan, kami menyesal
sekali, tetapi kami bertindak berdasarkan instruksi Anda."
Akhirnya, sang tamu yg benar-benar marah itu berkata, "Saya tidak akan mau
tinggal di kamar yg terbagus di hotel ini sekarang manajemennya benar-benar
buruk," dan ia pun keluar.

Saya menghampiri meja penerimaan sambil berpikir si pegawai pasti marah
setelah baru saja dimarahi habis-habisan. Sebaliknya, ia menyambut semua dengan
salam yg ramah sekali "Selamat malam, Tuan."
Ketika ia mengerjakan pekerjaan rutin yg biasa dalam mengatur kamar
untuk saya, saya berkata kepadanya, "Saya mengagumi cara Anda mengendalikan
diri tadi. Anda benar-benar sabar."
"Ya, Tuan," katanya, "Saya tidak dapat marah kepada orang seperti itu. Anda
lihat, ia sebenarnya bukan marah kepada saya. Saya cuma korban pelampiasan
kemarahannya. Orang yg malang tadi mungkin baru saja ribut dg istrinya, atau
bisnisnya mungkin sedang lesu, atau barangkali ia merasa rendah diri, dan
ini adalah peluang emasnya untuk melampiaskan kekesalannya."

Pegawai tadi menambahkan, "Pada dasarnya ia mungkin orang yg sangat baik.
Kebanyakan orang begitu."
Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang perkataannya, "Pada
dasarnya ia mungkin orang yg sangat baik. Kebanyakan orang begitu."

Ingat dua kalimat itu kalau ada orang yg menyatakan perang pada Anda. Jangan
membalas. Cara untuk menang dalam situasi seperti ini adalah membiarkan
orang tsb melepaskan amarahnya, dan kemudian lupakan saja.

Sumber : http://pds-artikel.blogspot.com/2008/12/sebuah-contoh-pengendalian-diri.html

Meningkatkan kontrol diri
·         Pengendalian diri sebagai perilaku yang dipelajari
Perilaku disini tidak hanya merujuk untuk perilaku terbuka tetapi untuk semua proses internal dan eksternal dan kegiatan yang dapat diamati dan diukur. Titik utama Skinner adalah perilaku yang terdiri dari kemampuan kita untuk mengendalikan diri dapat dimodifikasi oleh prinsip yang sama seperti perilaku lain. Perilaku mengendalikan diri terutama dipelajari dan dengan demikian lebih rentan terhadap perubahan.
Pada proses ini seorang individu dapat mengendalikan dirinya sendiri, ia dapat mempelajarinya dari lingkungan sekitar seperti melihat bagaimana cara seseorang bila berbicara di hadapan orang bayak, selain itu individu tersebut juga dapat melatih dirinya di depan cermin. Bila proses ini terus dijalankan diharapkan ia dapat mengendalikan rasa kurang percaya dirinya.
·         Kesadaran akan pengaruh lingkungan
Orang-orang yang bergantung pada prinsip-prinsp modifikasi perilaku stres perlu juga “outsight” atau kesadaran dan penguasaan pengaruh eksternal perilaku.
Pada tahap ini seorang individu diharapkan dapat belajar dari lingkungannya sehingga ia dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari dari lingkungan.
·         Mengubah isyarat dan konsekuensi dari perilaku
Dua jenis variabel pengendalian atau pengaruh sangat penting untuk perilaku, yaitu  isyarat yang memicu perilaku dan konsekuensi yang mengikutinya. Beberapa syarat di sekeliling kita atau di dalam diri kita dapat memicu apa yang kita katakan dan kita lakukan dan seringkari kita hanya samar-samar dalam menyadari ini. Seringkali konsekuensi dari perilaku kita mengerahkan pengaruh yang lebih pada apa yang kita lakukan.
Pada tipe ini kita bisa menggunakan isyarat-isyarat yang dapat memicu rasa percaya diri kita seperti melatih berbicara di depan cermin, memang hal ini sangat sederhana namun dapat membawa dampak yang baik.


KESEHATAN MENTAL : CINTA & PERNIKAHAN

PERNIKAHAN


Pernikahan atau adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatanperkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukumagama tertentu pula.
Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya terjadi pada saat dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda-tangani.Upacara pernikahan sendiri biasanya merupakan acara yang dilangsungkan untuk melakukan upacara berdasarkan adat-istiadat yang berlaku, dan kesempatan untuk merayakannya bersama teman dan keluarga. Wanita dan pria yang sedang melangsungkan pernikahan dinamakan pengantin, dan setelah upacaranya selesai kemudian mereka dinamakan suami dan istri dalam ikatan perkawinan.

Dalam rangka memenuhi tugas Kesehatan Mental saya mewawancarai pasangan suami-istri.Pasangan suami-istri ini telah menikah sejak tahun 1991, kira-kira lama usia pernikahan sudah 23 tahun, sebut saja Bapak Kumbang dan Ibu Lebah.
Awal mula mereka bertemu adalah saat hendak menyebrang jalan di sebuah kota Jogja. Saat itu Bapak Kumbang yang berprofesi sebagai polisi dan Ibu Lebah sebagai pegawai swasta. Si IBU Lebah hendak menyebrang jalan< ketika itu jalanan ramai dan si Ibu Lebah tidak berani untuk menyebrang jalan. Si Bapak Kumbang yang hendak menyebrang jalan juga bertemulah dengan si Ibu Lebah. Lalu Bapak Kumbang menyemberangkan si Ibu Lebah. Dari situ mulai timbul benih cinta diantara mereka berdua. Lalu si Bapak Kumbang pulang ke kota asalnya di Jawa Timur dan meminta izin kedua orangtuanya untuk menikah dengan si Ibu Lebah yang berasal dari kota Jogja.
Akhirnya Bapak Kumbang dan Ibu Lebah menikah, karena Bapak Kumbang berprofesi sebagai polisi si Bapak di tugaskan di Jakarta. Kemudian mereka pindah ke Jakarta. Tidak lama si Ibu Lebah mengandung anak pertamanya, tapi Allah berkehendak lain, si Ibu Lebah mengalami keguguran. Tahun berikutnya si Ibu Lebah mengandung lagi anak kedua. Tapi si Ibu Lebah mengalami keguguran lagi karena Ibu Lebah menderita penyakit Hipertensi. Bapak Kumbang tidak putus asa, dan menguatkan si Ibu Lebah dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tahun berikutnya Ibu Lebah mengandung anak ketiganya yang berjenis kelamin perempuan. Anak itu lahir ke dunia dengan sehat. Yang diberi nama Hatchi. Perjuangan keluarga itu belum berakhir sampai disitu, ternyata Hatchi mengalami sakit yang harus mengeluarkan biaya tidak murah. Tumbuh tumor kecil dibagian belakang keapalanya. Ibu Lebah dilanda kesedihan yang begitu hebat. Saat itu Bapak Kumbang tidak bisa hadir untuk berada disamping si Ibu Lebah karena tugas yang sedang dijalaninya. Memaksanya untuk tidak bisa pulang kerumah. Dan berada dalam jarak yang jauh. Alhamdulillah Hatchi bisa selamat dan sembuh.4 tahun berikutnya Ibu Lebah mengandung anak ke empat yang berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Tawon. Dia lahir dengan bobot yang sangat dikatakan tidak pada umumnya bayi. Keluarga tersebut sudah cukup bahagia dengan dikaruniai dua anak sepasang.
Saya penasaran apa saja tips agar dapat menjalani keluarga yang harmonis sakinah mawahdah dan warohmah. Berikut tips yang mereka berikan kepada saya :
1.    Rasa keperceyaan sesama pasangan.
2.    Tetap menjalin komunikasi yang baik walaupun berada pada jarak yang jauh sekalipun
3.    Saling terbuka
4.    Mendiskusikan bersama saat ada masalah ataupun tidak ada masalah
5.    Meluangkan waktu untuk keluarga
6.    Membuat acara keluarga sebulan sekali untuk mendekatkan keakraban keluarga
7.    Selalu memberi support yang terbaik dan membangun untuk keluarga
8.    Memberikan kebebasan untuk menentukan arah hidupnya pada anak-anak